Rabu, 27 Juni 2012

Bagaimana konsep Dasar islam dalam memandang perilaku bermasalah


I.     PENDAHULUAN
Agama tampaknya memang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya dikarenakan faktor-faktor tertentu baik yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber dari dari Allah swt. Oleh karena itu, al-qur’an sebagai sumber utama ajaran islam memiliki kebenaran mutlak. Kebanyakan manusia hanya sebatas mengakui kebenaran itu, namun mereka tidak ingin atau belum memiliki kebenaran untuk mengaplikasikan al-qur’an itu dalam seluruh aspek ilmu pengetahuan dan kehidupan. Seolah-olah antara agama, sains dan kehidupan terpisah adanya. Hal inilah yang menjadi sebab utama manusia mengalami kegagalan dalam mengulangi dan mencari berbagai solusi terhadap ujian dan persoalan kehidupan.

II.      PEMBAHASAN
Perilaku bermasalah merupakan tingkah laku seseorang dalam menghadapi masalah yaitu apa yang diinginkan tidak terjadi sedangkan yang tidak diinginkan malah terjadi. Seperti halnya pemarah, pendendam, takabur, riya’, dengki dan sebagainya. Telah kita ketahui fitrah manusia itu ada 4 yaitu fitrah iman, jasmani, rohani dan nafs. Ketika terjadi perilaku bermasalah, maka fitrah iman inilah yang tidak berkembang dan berfungsi baik. Dalam perspektif psikologi dakwah, M.H.Arifin berpendapat bahwa ada 3 dimensi yang membentuk corak kepribadian yang menjadi konsep perilaku bermasalah atau tidaknya pribadi seseorang yaitu kondisi ragawi, kualitas kejiwaan dan situasi linkungan. Untuk itu dalam islam ada aplikasi terapi islam terhadap berbagai perilaku bermasalah, sebagaimana akan dibahas berikut ini:

1.      Membacakan ayat-ayat Allah
Maksudnya adalah membacakan beberapa ayat al-qur’an, surat-surat tertentu yang ada hubungannya dengan permasalahan, ganggunan, atau penyakit yang sedang dihadapi seseorang.
Fungsi dan tujuan membaca ayat-ayat al-qur’an itu adalah dalam rangka sebagai berikut:

a.       Pemberian nasehat
Cara pemberian nasehat disini dengan cara bijaksana, penuh kasih sayang, ketauladanan dan buan mengundang perdebatan. Dalam pemberian nasehat, hendaknya harus menggunakan ayat-ayat atau dalil-dalil al-qur’an dengan benar, sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi oleh seseorang. Disinilah seorang terapis harus mempunyai keahlian menyimak makna-makna lahir maupun batin dari pesan-pesan ayat atau dalil al-qur’an itu. Sehingga tampak adanya ruh nasehat yang masuk kedalam hati dan jiwa seseorang. Dari sinilah klien akan mulai tertarik dan terbuka untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang lebih baik, benar, dan menentramkan.
Sering seseorang klien mengemukakan permasalahannya, bahwa ia dihadapkan dengan persoalan-persoalan hidup yang cukup berat, yang dapat menggoncangkan kejiwaan atau mental. Dia bertanya bagaimana cara menanggulangi dan membentengi diri agar tidak mudah terkena stress, deperesi dan frustasi dalam menghadapi ujian hidup ? dalam menghadapi masalah ini, maka yang harus konselor lakukan adalah memahami esensi persoalan yang ada dalam diri seseorang itu antara lain:
§   Klien harus diberi pemahaman terlebih dahulu tentang Allah dan af’al-Nya (perbuatan dan kebijaksanaan-Nya).
§   Klien harus diberi pemahaman tentang esensi musibah atau peristiwa yang menyenangkan dan menyakitkan.
§   Klien harus diberi pemahaman tentang esensi manusia dihadapan Allah dan makhluknya.
§   Klien harus diberi pemahaman bagaimana metode dalam mengatasi problema hidup secara qur’ani dan hikmah-hikmah dari keberhasilan menanggulanginya.
Firman Allah SWT:

ماَ اَصاَ بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلاَّ بِاِ ذْ نِ اللهِ. وَ مَنْ يُّؤْ مِنْ بِا للهِ يَهْدِ قَلْبَهُ. وَا للهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْم

Artinya:  “Tidak ada suatu musibah pun telah menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan siapa yang percaya kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu.”(At-taghabun ,64:11)

b.      Tindakan pencegahan dan perlindungan
Pembacaan ayat-ayat Al-qur’an juga berfungsi sebagai pencegahan dan perlindungan, yakni sebagai permohonan (do’a) agar senantiasa dapat terhindar dan terlindungi dari suatu akibat hadirnya musibah, bencana atau ujian yang berat. Yang mana hal itu dapat mengganggu keutuhan dan eksistensi kejiwaan (mental). Karena dalam kehidupan nyata sehari-hari tidak sedikit orang menjadi stress, depresi, dan frustasi bahkan menjadi hilang ingatan. Karena keimanan dalam dada tidak kokoh, mental sangat rapuh dan lingkungan jauh dari perlindungan Allah dan dari orang-orang shaleh. Adapun ayat Al-qur’an yang dibaca sebagai do’a pencegahan dan perlindungan antara lain:         

رَبَّناَ تَقَبَلْ مِنَّا. اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.  
اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّا بُ الرَّ حِيْمُ                                                                                     وَ تُبْ عَلَيْنَا
  
Artinya : “Wahai tuhan kami terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya engkaulah yang maha mendengar lagi maha mengetahui. Dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya engkau yang maha menerima taubat lagi maha penyayang”. (Al-baqorah, 2:127-128).

c.       Tindakan pengobatan atau penyembuhan
Fungsi dan tujuan yang lain dari pembacaan ayat Al-qur’an adalah memberikan penyembuhan atau pengobatan terhadap penyakit kejiwaan (mental), bahkan dapat juga untuk penyakit spiritual dan fisik. Tindakan penyembuhan atau pengobatan terhadap gangguan psikologis dengan menggunakan bacaan ayat Al-qur’an dapat dilihat pada beberapa contoh berikut, antara lain:
·      Penyembuhan penyakit lupa ingatan
·      Penyembuhan rasa sedih dan duka
·      Pencegahan, perlindungan, dan penyembuhan penyakit psikologis secara umum.

2.      Penyucian Diri
Suatu upaya menghilangkan atau melenyapkan segala kotoran dan najis yang terdapat dalam diri seseorang secara psikologis dan rohaniyah. Objek yang disucikan adalah bekasan pengingkaran dan kedurhakaan yang melekat pada jiwa, qalb, akal pikiran inderawi dan fisik, sehingga cahaya ketuhanan tidak dapat memancarkan sinarnya atau cahaya itu kembali kehadirat Allah. Karena itu membuat eksistensi fitrah seseorang manusia terbelenggu didalamnya dan tidak dapat menjalankan fungsi-fungsi fitrahnya yang hakiki. Penyakit ini adalah puncaknya penyakit kejiwaan, yaitu penyakit yang diakibatkan karena sikap musyrik, kafir, munafik, fasiq, dan zhalim kepada Allah SWT.
Adapun tindakan terapi dengan penyucian jiwa dan rohaniyah dari bekas maksiat dan pengingkaran terhadap Allah ialah dengan memberikan bimbingan kepada pemahaman dan pengalaman tentang:
1)      Ilmu Tauhid
Yaitu suatu ilmu yang membahas tentang kemaha Esaan Allah, baik pada perbuatan, nama, sifat dan Dzat-Nya.
2)      Melakukan pertobatan
Sebelum pertaubatan dilakukan oleh individu, hendaknya terlebih dahulu diberikan suatu pemahaman jelas tentang esensi pertaubatan, yakni mengembalikan seseorang kepada keadaan fitrah, menggiring dan mengarahkan rohaniahnya untuk tunduk kepada Allah SWT. Menurut para ahli ushul dikalangan ahli sunnah mengatakan bahwa ada 3 syarat yang harus dipenuhi agar pertaubatan itu sah, yakni:
v   Menyesali pelanggaran yang telah dilakukan
v   Meninggalkan secara langsung penyelewengan
v   Dengan mantap seseorang memutuskan tidak kembali pada kemaksiatan yang sama.


3.      Pengajaran Al-qur’an dan Al-hikmah
Pengajaran Al-qur’an adalah suatu upaya pemahaman tentang isi dan pesan-pesan al-qur’an dengan menggunakan pendekatan ilmu tafsir. Sedangkan pemahaman al-hikmah ialah menyampaikan dan memahami tentang makna dan pesan-pesan al-qur’an secara takwil.
Praktek terapi islam dengan pengajaran al-qur’an dan al-hikmah menurut Hamdani Bakran dengan teknis sebagai berikut:
1.      Konseling
a.       Waktunya siang hari dan satu minggu satu kali pertemuan
b.      Kasus atau masalah yang bersifat individu dan privasi dilakukan secara khusus dan tertutup.
c.       Masalah yang bersifat umum, dilakukan secara kolektif dengan waktu seminggu dua kali dalam bentuk pengajian dan dialog
2.      Psikoterapi
a.       Waktunya malam hari, dan seminggu sekali. Tepatnya adalah setiap malam jum’at.
b.      Khusus pada kasus penyimpangan perilaku dan sikap yang disebabkan karena pengaruh narkotik, alcohol, dan zat adiktif.
c.       Instrument psikoterapi yang Hamdani selalu gunakan dalam terapi kelompok adalah dengan melakukan shalat sunnah tasbih, taubat, dan hajat.



III.             KESIMPULAN
Perilaku bermasalah merupakan tingkah laku seseorang dalam menghadapi masalah yaitu apa yang diinginkan tidak terjadi sedangkan yang tidak diinginkan malah terjadi. Namun setiap masalah mempunyai terapi atau metode yang berbeda dalam menyelesaikannya. Didalam islam banyak terapi yang bisa dilakukan tergantung masalah yang dihadapi.




DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, , Jakarta: Bumi Akasara
Hamdani, Bakranadz-dzaki, Konseling dan Terapi Islam, Jogjakarta: Fajar Pustaka Baru . 2004
Imam Al-qusyairy, Risalah Al-Qusyaiyah,Tterjeman, Muhammad Luqman Hamkim, Surabaya: Risalah gusti, 1997
Sutoyo, Anwar, Bimbingan Konseling Islam (teori dan praktek),  Semarang: Cipta prima nusantara. 2007